my daily life

my daily life
selaraskan karir dan keluarga

Rabu, 29 Februari 2012

what do you think about being a doctor?



Sebuah kutipan surat yang bagus untuk dijadikan bahan renungan bagi semua orang yang sedang, akan, dan yang bermimpi menjadi dokter.

Untuk kembali menengok masa lalu mengingat alasan kita memilih jalan sebagai seorang dokter, mengkritisi masa sekarang dan melihat sudahkan kita berkontribusi, melakukan yg terbaik, dan kembali meluruskan niat, serta membayangkan masa depan untuk memutuskan akan menjadi dokter seperti apa kita.

“Rekan sejawat yang terhormat,

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk bisa kaya raya, maka segeralah kemasi barang-barang Anda.

Mungkin fakultas ekonomi lebih tepat untuk mendidik anda menjadi businessman bergelimang rupiah

Daripada Anda harus mengorbankan pasien dan keluarga Anda sendiri demi mengejar kekayaan.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk mendapatkan kedudukan sosial tinggi di masyarakat, dipuja dan didewakan, maka silahkan kembali ke Mesir ribuan tahun yang lalu dan jadilah Firaun di sana. Daripada Anda di sini harus menjadi arogan dan merendahkan orang lain di sekitar Anda hanya agar Anda terkesan paling berharga.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk memudahkan mencari jodoh atau menarik perhatian calon mertua, mungkin lebih baik Anda mencari agency selebritis yang akan mengorbitkan Anda sehingga menjadi artis pujaan para wanita atau pria. Daripada Anda bersembunyi di balik topeng klimis dan jas putih necis, sementara Anda alpa dari makna dokter yang sesungguhnya.

Dokter tidak diciptakan untuk itu, kawan.

Memilih menjadi dokter bukan sekadar agar bisa bergaya dengan BMW keluaran terbaru, bukan sekadar bisa terihat tampan dengan jas putih kebanggaan, bukan sekadar agar para tetangga terbungkuk-bungkuk hormat melihat kita lewat.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengabdian. Mengabdi pada masyarakat yang masih akrab dengan busung lapar dan gizi buruk. Mengabdi pada masyarakat yang masih sering mengunjungi dukun ketika anaknya demam tinggi.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan empati, ketika dengan lembut kita merangkul dan menguatkan seorang bapak tua yang baru saja kehilangan anaknya karena malaria.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kemanusiaan, ketika kita tergerak mengabdikan diri dalam tim medis penanggulangan bencana dengan bayaran cuma-cuma.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kepedulian, saat kita terpaku dalam sujud-sujud panjang, mendoakan kesembuhan dan kebahagiaan pasien-pasien kita.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan berbagi, ketika seorang tukang becak menangis di depan kita karena tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit anaknya yang terkena demam berdarah. Lalu dengan senyum terindah yang pernah disaksikan dunia, kita menepuk bahunya dan berkata, jangan menangis lagi, pak, Insya Allah saya bantu pembayarannya.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan kasih sayang, ketika dengan sepenuh cinta kita mengusap lembut rambut seorang anak dengan leukemia dan berbisik lembut di telinganya,dik, mau diceritain dongeng nggak sama dokter?

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan ketegasan, ketika sebuah perusahaan farmasi menjanjikan komisi besar untuk target penjualan obat-obatnya, lalu dengan tetap tersenyum kita mantap berkata, maaf, saya tidak mungkin mengkhianati pasien dan hati nurani saya

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengorbanan, saat tengah malam tetangga dari kampung sebelah dengan panik mengetuk pintu rumah kita karena anaknya demam dan kejang-kejang. Lalu dengan ikhlas kita beranjak meninggalkan hangatnya peraduan menembus pekat dan dinginnya malam.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan terjal lagi mendaki untuk meraih cita-cita kita. Bukan, bukan kekayaan atau penghormatan manusia yang kita cari. Tapi ridha Allah lah yang senantiasa kita perjuangkan.

Yah, memilih menjadi dokter adalah memilih jalan menuju surga, tempat di mana dokter sudah tidak lagi perlu ada


dikutip dari
Aditya Putra Priyahita,
seorang yang sangat merindukan sebuah reuni
anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di surga nanti

1 komentar:

  1. Semoga seluruh dokter di Indonesia bs membaca tulisan nya Dok, sy dl. Kerja di perusahaan farmasi, sehingga tahu sekali yang dokter katakan tadi mengenai "komisi"
    Memang tdk semua dokter begitu, tapi beberapa ada yang memang berhitung dgn kami, deal2an seperti sedang transaksi dagang..
    Tapi sy jg banyak kenal dgn dokter2 yang masih memiliki hati nurani yang baik, tulus dan jujur dala mengabdi. Dok thank you sharing nya jd bs mengedukasi dan memberi informasi utk masyarakat awam ketika bth info medis terutama utk anak.. kl bisa review nya d tambah ya dok :)

    BalasHapus